Selasa, 03 Maret 2009

pengujian CDI with dyno test

CDI BRT (CIBINONG)

Merogoh kocek Rp. 2,5 juta buat menebus CDI BRT tipe Master Chip terasa murah bila melihat hasilnya. Dari 16
card yang tersedia, buat Satria F150 standar dipilih chip spesifikasi 150 (idle) dan 420 untuk putaran atas.
Hasil uji tanding 5 otak pengapian racing, CDI racikan Tomy Huang leading mendongkrak horse power. Tenaga
meningkat 0,43 dk pada putaran 9.535 rpm. Sedangkan dalam uji torsi, CDI BRT mesti mengakui keunggulan
CDI XP301. Dibanding standar, CDI BRT mendongkrak torsi 0,15 Nm.


CDI LEK (Thailand)

Satu-satunya kontestan impor dipilih merek Lek produksi CDI Center Thailand. Sebenarnya CDI TDR Racing juga
turut diundang. Tapi sayang, unit buat Satria F150 kosong. Jadi batal deh turut unjuk performa. So, sebagai wakil
dari luar negeri dipilih CDI Lek karena banyak dijumpai di pasar. Harganya Rp 1,4 juta.

Peak power meningkat 0,31 dk pada putaran 10 ribu rpm. Demikian juga dengan torsi ada kenaikan 0,08 Nm.
Sayangnya CDI Lek masih dilengkapi pembatas putaran mesin. Ketahuannya ketika batas rpm pada dynamometer
dinaikkan. Awalnya 11.000 rpm diubah menjadi 12.000 rpm. Ternyata putaran mesin tersendat di 11.500 rpm.
Sedikit lebih tinggi dibanding limiter CDI standar.

CDI LAMPUNG

Undangan OTOMOTIF untuk ikut berpartisipasi dalam komparasi CDI racing disambut gembira Rendy Yusticia.
Perancang CDI Lampung ini mengirimkan 2 spek sekaligus. “Yang satu basic CDI Shogun orisinal 110 modif
stage 8.2 (Rp 700 ribu) dan CDI Denso modif stage 8.0 (Rp 600 ribu). Keduanya dilengkapi kabel rpm sehingga
tachometer bisa jalan normal,� ujar Rendy.

Karena setiap kontestan hanya diperbolehkan menjagokan satu, maka dengan persetujuan Rendy dipilih basic CDI
Shogun. Terbukti CDI Lampung bisa meningkatkan putaran mesin jauh dibanding standar (unlimiter).

CDI REXTOR

Dibuat oleh PT Rextor Technology Indonesia (RTI), Batam. Masih made in lokal lo. Mengusung teknologi digital
dengan multi map system. Di mana tiap gigi persneling memiliki settingan kurva pengapian tersendiri. Asumsinya
masing-masing persneling punya karakter torsi maupun tenaga yang berbeda. Jadi, dengan timing pengapian yang
sudah disetel tepat pada tiap giginya, torsi dan tenaga masing-masing tingkat percepatan bisa maksimal. Menurut
penciptanya teknologi ini diaplikasi dari MotoGP.

Untuk versi ini (digital) dibanderol Rp 350 ribu. Sementara yang dilengkapi programmable dengan 4 pilihan kurva,
harganya Rp 1,5 juta. Namun pada sesi pengetesan, pengukuran disamaratakan pada posisi gigi paling akhir Satria
F150 (gigi 6). Hasilnya, Rextor mampu menaikkan horse power dari 15,53 dk (std) menjadi 15,64 dk. Artinya terjadi
kenaikan 0,11 HP pada putaran mesin 10.610 rpm.

Sayangnya, peningkatan peak power tidak dibarengi koreksi torsi memadai. Dari hasil pengujian, torsi puncak yang
diciptakan otak pengapian from Batam ini justru turun. Bila CDI standar Satria F150 mampu menghasilkan torsi maksimal
6,785 Nm/ 8.157 rpm, Rextor malah turun menjadi 6,712 Nm. Itu pun dicapai pada kitiran mesin yang lebih tinggi 17 rpm
(8.174 rpm).

CDI XP301 (CIOMAS)

Seperti sudah dibahas pada edisi 47/XV lalu, otak pengapian yang kondang dengan dengan julukan CDI Ciomas ini
menawarkan fitur hi-voltage advancer system. Yakni kurva pengapian bisa disetel secara manual hanya dengan
memutar potensiometer yang ada di sisi kotak CDI. Misalnya buat harian, ada petunjuk penyetelannya tersendiri.
Begitu pula buat balap. Semua tertera pada buku manual yang sudah disediakan. Nah, untuk Satria F150 tipe yang
bisa digunakan yaitu XP301 Ver.39. Banderolnya Rp 850 ribu.

Dari hasil pengukuran horse power lewat mesin dyno, XP versi 39 ini mampu meningkatkan tenaga Satria F150 hingga 0,27 dk.
Hebatnya, tenaga puncak (15,8 dk) tersebut dicapai di putaran mesin lebih rendah ketimbang CDI standar. Yakni pada
kitiran 9.535 rpm. Artinya, untuk mencapai tenaga penuh hanya butuh waktu sebentar.

Pengukuran torsi pakai CDI Ciomas memimpin dibanding peserta lain. Torsi meningkat 0,3 Nm pada putaran 8.591 rpm.
Kemudian menyusul CDI BRT torsi naik 0,15 Nm/8.409 rpm.


Jauh hari OTOMOTIF pernah tulis bahwa part racing peningkat performa pengapian bisa menghemat bensin. Misalnya
mengganti koil, busi atau CDI Racing. Berbeda jika mengganti knalpot atau melepas filter udara, pasti tambah boros Coy.
Enggak percaya, nih buktinya. Dari 5 CDI racing semuanya manjur mengirit bensin. Tentunya dengan persentase
bervariatif (lihat tabel hasil).

Metode pengujian dilakukan dalam keadaan motor diam (statis). Tujuannya agar faktor X seperti cara mengemudi, kemacetan
jalan dan lainnya bisa dieliminir. Putaran mesin sama-sama dipanteng 5.000 rpm dengan asumsi putaran menengah motor yang
kerap dipakai. Agar suhu mesin terjaga diberikan pendingin kipas angin.

Gelas ukur diisi bensin 50 cc lalu mesin dihidupkan. Lamanya bensin 50 cc habis diukur dengan stopwatch. Siapa yang terlama
berarti paling irit. Hasilnya dikonversikan dalam persentase. CDI standar mampu bertahan sampai 281,26 detik. Lalu satu persatu
giliran CDI racing. Ternyata semuanya terbukti mampu menghemat bensin. Penghematan tertinggi dicapai CDI Lampung
sebesar 21,72%. Sedangkan CDI XP mampu menghemat 12,78%. Jika timing diprogramulang bisa lebih irit lagi.Eka,Zoelis

Thanks to :
Pengujian performa CDI racing ini terselenggara berkat kerjasama dengan Monochrome Cycle di Lot 14 SCBD,
Jln. Jend. Sudirman Kav.52-53 Jakarta. Alat ukur memakai dynamometer Banchi Prova Potenza buatan Italia
yang dirancang khusus buat motor. Pengukuran power dan torsi bisa dilakukan pada semua tingkat percepatan.
Sehingga hasilnya dijamin lebih presisi.

1 komentar:

  1. sekarang ada cdi predator min, apakah sdh prnh dilakukan test ?

    BalasHapus