Pengujian Koil Motor Lewat 3 Tahap!
OTOMOTIFNET - Ingin tahu secara detail performa koil aftermarket yang banyak tersedia di pasaran, OTOMOTIF dan anggota forum otomotifnet.com (biasa disebut otonetters) mengadakan tes independen.
Koilnya sebagian dapat dari pasaran (Kitaco, YZ 125 KW2, CLD, R9) sedang lainnya bawaan otonetters (YZ 125, Blue Thunder 3.0, Protech, Protech with ground, Nology, Andrion 5A).
Pengujian dilakukan dengan 3 cara; mengukur hambatan kumparan primer dan sekunder pakai multitester, kedua mengetahui jarak lompatan api, terakhir mengukur tegangan yang dikirim koil ke busi pakai alat Ignition Mate Rev4 milik Bayu Murti Kencana, yang di forum punya inisial Thompels.
Pengukuran pertama pakai multitester digital. Hambatan primer diketahui dengan menghubungkan kutub positif koil (tempat masuknya arus dari CDI) dengan salah satu konektor multitester, konektor kedua dihubungkan dengan massa koil. Dibolak-balik tak masalah.
Lanjut mengukur hambatan sekunder, caranya? Satu konektor dicolok ke kabel busi, lainnya ke massa koil (batang besi di tengah koil). Nilai hambatan primer dan sekunder berpengaruh pada besarnya tegangan yang bisa dibangkitkan koil. Makin kecil hambatan primer, dan dipadu hambatan sekunder yang besar menghasilkan tegangan yang besar.
Koilnya sebagian dapat dari pasaran (Kitaco, YZ 125 KW2, CLD, R9) sedang lainnya bawaan otonetters (YZ 125, Blue Thunder 3.0, Protech, Protech with ground, Nology, Andrion 5A).
Pengujian dilakukan dengan 3 cara; mengukur hambatan kumparan primer dan sekunder pakai multitester, kedua mengetahui jarak lompatan api, terakhir mengukur tegangan yang dikirim koil ke busi pakai alat Ignition Mate Rev4 milik Bayu Murti Kencana, yang di forum punya inisial Thompels.
Pengukuran pertama pakai multitester digital. Hambatan primer diketahui dengan menghubungkan kutub positif koil (tempat masuknya arus dari CDI) dengan salah satu konektor multitester, konektor kedua dihubungkan dengan massa koil. Dibolak-balik tak masalah.
Lanjut mengukur hambatan sekunder, caranya? Satu konektor dicolok ke kabel busi, lainnya ke massa koil (batang besi di tengah koil). Nilai hambatan primer dan sekunder berpengaruh pada besarnya tegangan yang bisa dibangkitkan koil. Makin kecil hambatan primer, dan dipadu hambatan sekunder yang besar menghasilkan tegangan yang besar.
Pengukuran hambatan pakai multitester |
Pengukuran panjang api pakai alat khusus |
Pengukuran tegangan dengan ignition Mate Rev4 |
Pengetesan kedua mengukur jarak lompatan api pakai alat khusus, isinya rangkaian pengapian. Bagian massa sebagai tempat meloncatnya api dari kabel busi didesain bisa diubah-ubah jaraknya, sehingga akan ketahuan jauhnya loncatan juga warna apinya.
Pengukuran dilakukan lewat 3 tingkat putaran mesin, 2.000 rpm, 5.000 rpm, dan 8.000 rpm. “Diasumsikan mewakili putaran rendah, menengah saat jalan santai, dan putaran tinggi saat ngebut,” terang Agus ‘Zoelis’ Sulistriyono, admin forum.
Semakin panjang api yang melompat, menunjukkan tegangan koil yang disalurkan besar, sehingga celah busi bisa disetel lebar. Jika di dalam ruang bakar maka ledakannya semakin dasyat. Bagaimana hasilnya? Lihat di tabel.
Pengukuran ke-3, mengetahui besarnya tegangan dari koil, pakai Ignition Mate Rev4. Alat ini dapat mendeteksi tegangan yang lewat kabel busi, cukup dengan menjepit kabel busi pakai konektor yang tersedia, konektor satunya ke massa.
Sebagai medianya, Suzuki Smash 2009 standar. Pertama diuji dengan koil standarnya, baru diganti aftermarket. Agar kondisinya sama, putaran mesin diukur pakai takonometer buatan BRT. Sedang suhu, dipantau dengan termometer digital bersensor infrared.
Semakin besar tegangan, tentu saja api di busi makin besar, sehingga pembakaran makin sempurna. Motor pun jadi lebih bertenaga.
Koil Biasa vs Berground
Ada hal menarik saat mengetes koil yang dilengkapi ground. Saat dites tanpa ground api busi bisa melompat lebih jauh, namun apinya tipis dan cenderung merah. Namun jika ground dipasang apinya lebih pendek namun terlihat lebih biru.
Sedang jika memperhatikan tegangan yang dihasilkan, terlihat yang pakai ground hasilnya lebih tinggi. “Kalau terpasang di motor akan terasa torsi lebih besar,” ujar Leo Wisnu Susetyo yang di forum punya nama Leowsy, pernyataan ini juga diamini oleh Thompels.
Pengukuran dilakukan lewat 3 tingkat putaran mesin, 2.000 rpm, 5.000 rpm, dan 8.000 rpm. “Diasumsikan mewakili putaran rendah, menengah saat jalan santai, dan putaran tinggi saat ngebut,” terang Agus ‘Zoelis’ Sulistriyono, admin forum.
Semakin panjang api yang melompat, menunjukkan tegangan koil yang disalurkan besar, sehingga celah busi bisa disetel lebar. Jika di dalam ruang bakar maka ledakannya semakin dasyat. Bagaimana hasilnya? Lihat di tabel.
Pengukuran ke-3, mengetahui besarnya tegangan dari koil, pakai Ignition Mate Rev4. Alat ini dapat mendeteksi tegangan yang lewat kabel busi, cukup dengan menjepit kabel busi pakai konektor yang tersedia, konektor satunya ke massa.
Sebagai medianya, Suzuki Smash 2009 standar. Pertama diuji dengan koil standarnya, baru diganti aftermarket. Agar kondisinya sama, putaran mesin diukur pakai takonometer buatan BRT. Sedang suhu, dipantau dengan termometer digital bersensor infrared.
Semakin besar tegangan, tentu saja api di busi makin besar, sehingga pembakaran makin sempurna. Motor pun jadi lebih bertenaga.
Koil Biasa vs Berground
Ada hal menarik saat mengetes koil yang dilengkapi ground. Saat dites tanpa ground api busi bisa melompat lebih jauh, namun apinya tipis dan cenderung merah. Namun jika ground dipasang apinya lebih pendek namun terlihat lebih biru.
Sedang jika memperhatikan tegangan yang dihasilkan, terlihat yang pakai ground hasilnya lebih tinggi. “Kalau terpasang di motor akan terasa torsi lebih besar,” ujar Leo Wisnu Susetyo yang di forum punya nama Leowsy, pernyataan ini juga diamini oleh Thompels.
Spesifikasi koil | Hambatan | Tegangan (Kilo Volt) | Panjang Api (CM) | |||||||
No | Merek koil | Harga (rp) | Primer (ohm) | Skunder (kilo ohm) | 1300 rpm | 500 rpm | 8000 rpm | 2000 rpm | 5000 rpm | 8000 rpm |
1 | Kitaco | 125 ribu | 0,2 | 7,08 | 11 | 11 | 17 | 1 | 2,1 | 2,5 |
2 | CLD | 140 ribu | 0,2 | 6,48 | 21 | 13 | 21 | 1,9 | 2 | 2 |
3 | YZ ori | 450 ribu | 0,1 | 8,73 | 30 | 20 | 26 | 2,3 | 2,8 | 3,2 |
4 | YZ Kw | 250 ribu | 0,1 | 7,12 | 18 | 8,5 | 12 | 2,2 | 3 | 3 |
5 | Andrion 5A | 325 ribu | 1,5 | 8,63 | 32 | 22 | 28 | 1,1 | 1,2 | 1,1 |
6 | Smash ori | 100 ribu | 0,5 | 6,45 | 32 | 14 | 18 | 1,3 | 1,2 | 1,7 |
7 | R9 | 700 ribu | 0,9 | 11,56 | 40 | 22 | 22 | - | - | - |
8 | Blue Thunder 3.0 | 165 ribu | 0,1 | 5,71 | 20 | 10 | 12 | 1,5 | 1,6 | 1,8 |
9 | Nology | 2 juta | 0,2 | 3,076 | 32 | 16 | 20 | 1,5 | 1,5 | 1,5 |
10 | Nology with ground | 2 juta | 0,2 | 3,076 | 32 | 22 | 22 | 0,8 | 0,9 | 1,1 |
11 | Protect | 190 ribu | 0,4 | 8,12 | 36 | 16 | 20 | 1,5 | 1,6 | 1,9 |
12 | Protect with ground | 240 ribu | 0,4 | 8,12 | 36 | 18 | 22 | 1 | 1,4 | 1,5 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar